Laman

May 24, 2009

NILAI LEBIH PENDIDIKAN RASULULLAH


Bagi para sahabat dan umatnya Nabi Muhammad merupakan seorang sosok yang pantas untuk menjadi suri tauladan yang paling utama. Beliau tidak saja menjadi panutan dalam segi kehidupan, melainkan juga mampu mendidik teman-temannya menjadi manusia yang memiliki derajat kemanusiaan yang tinggi dan mulia[1].

Dengan metode yang beliau berikan pada para sahabat beliau telah membentuk mereka menjadi manusia yang besar pada zamannya. Para sahabat tumbuh menjadi manusia yang memiliki tanggung jawab, rela berkorban untuk membela kebenaran, dan mampu menanggung penderitaan di saat menegakkan ajaran akidahnya yang benar. Semua itu dapat terlaksana karena kepribadian Muhammad adalah sebagai teladan. Tidak mungkin terjadi kondisi umat dapat berubah dari keadaan jahiliyah yang hanya memikirkan nafsu birahi mereka dan berfoya-foya menjadi masyarakat yang memiliki harkat serta martabat kemanusiaan yang tinggi, seandainya tidak melalui pendidikan Rasulullah SAW.

Pendidikan Rasulullah sejalan dengan pendidikan yang berkonsep dengan pendidikan modern yang ingin mengarahkan manusia agar menjadi pribadi yang utuh dalam segala aspeknya. Bahkan pendidikan Rasululah juga menegaskan, agar manusia yang telah mendapatkan predikat sebagai manusia yang terdidik dapat mengembangkan potensi akal dan hati nuraninya untuk kepentingan masyarakat.

Dengan demikian pendidikan yang Rasulullah lakukan pada zamannya sudah tidak diragukan lagi. Hal ini dapat dibuktikan dengan lahirnya tokoh-tokoh yang ahli dalam bidang kehidupan, baik ilmu pengetahuan, kemasyarakatan, maupun kebudayaan.


[1] Allah berfirman:”sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu. Yaitu bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat…”(Q.S Al-Ahzab: 21)

Kewajiban seseorang dalam pendidikan


Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna diantara makhluk ciptaannya yang lain seperti malaikat, hewan dsb. Allah berfirman :

لقد خلقنا الإنسان فى أحسن تقويم (سورة التين: ع )
Artinya:” Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik rupa”.(QS. At-Tiin: 4).
Allah menciptakan manusia menjadi seorang khalifah dimuka bumi ini bertanggung jawab atas keadaan dibumi ini dan kewajiban tunduk serta taat pada peraturan dan perintah yang telah berlaku dengan konsep mengerjakan yang Allah perintahkan dan meninggalkan segala yang Ia larang.
Ibadah merupakan suatu bukti nyata kesyukuran seorang hamba pada penciptanya atas apa yang telah diberikan padanya melalui suatu perbuatan yang Allah mencintai pekerjaan tersebut. Dalam melaksanakan ibadah pada Allah SWT seorang hamba di tuntut untuk melewati beberapa fase agar ibadah yang ia lakukan tersebut tidak sia-sia dan mendapat Ridha dari Allah SWT yakni dengan belajar.
Belajar merupakan tuntutan akidah yang Allah perintahkan pada hambanya agar tidak menjadi orang yang hanya mengikuti segala sesuatunya tanpa dasar yang melandasi perbuatan tersebut (Taqlid). Dengan ilmu, tingkat ketakwaan seorang hamba disisi Sang Khaliq berbeda yang merupakan salah satu syarat beribadah pada-Nya. Allah telah menjelaskan hal tersebut dalam Al-Qur’an (Q.S Al-Mujadalah, 58: 11)[1]. Dalam ayat lain Allah juga menjelaskan kedudukan serta derajat seorang yang berilmu dengan orang yang tidak mengetahui sesuatu apapun[2].
Menurut pedoman Rasulullah manusia yang memiliki kepribadian khusus serta utuh adalah manusia yang terpelajar, manusia yang mempelajari ilmu pengetahuan. Sebab, ilmu pengetahuan adalah sarana yang dapat dipergunakan sebagai jalan untuk mengatur masalah-masalah keduniaan dengan segala aktivitasnya dalam kehidupan kemasyarakatan. Orang yang ahli dalam ilmu pengetahuan tertentu adalah laksana bintang-bintang di langit, yang dapat dijadikan pedoman di darat dan di laut pada malam hari. Menuntut ilmu dari berbagai sumber, merupakan sebuah kewajiban bagi setiap pengikut Nabi Muhammad baik pria maupun wanita, sejak dari buaian hingga liang kubur.
Seseorang yang menuntut ilmu harus dibarengi dengan pendidikan. Kerena belajar dan pendidikan bagaikan dua permukaan logam yang salah satunya tidak dapat terpisahkan dengan yang lainnya. Manusia membutuhkan belajar setiap saat dari kejadian-kejadian yang terjadi dalam lingkungannya atau alam semesta sampai ia dapat menemukan cara bertindak yang tepat untuk mempertahankan kehidupannya. Selanjutnya, untuk kebutuhan belajar dibutuhkan pengaruh dari luar. Pengaruh ini oleh Slamet Imam Santoso disebut dengan istilah “pendidikan[3]. Pendidikan adalah sesuatu yang essensial bagi manusia. Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan kepribadiannya dan menghadapi alam semesta demi mempertahankan kehidupannya. Agama Islam yang di wahyukan Allah pada Nabi Muhammad mengandung implikasi pendidikan dengan tujuan untuk menjadi rahmatan lil ‘alamiin

[1] Allah berfirman:” ... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang menuntut ilmu beberapa derajat.
[2] Allah berfirman:” ...Katakanlah:” apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan oranng-orang yang tidak mengetahui?” Hanyalah orang-orang yang berakal yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. Az-Zumar, 39: 9).
[3] Slamet Imam Santoso, Pendidikan di Indonesia: Dari Masa ke Masa, Jakarta: CV. Haji Masagung, 1987, h.52.