Laman

December 17, 2009

KEPUTUSAN SERTA FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Tentang Perayaan Natal Bersama

Memperhatikan:
1. perayaan Natal Bersama pada akhir-akhir ini di salah artikan oleh sebagian umat islam dan disangka sama dengan umat islam merayakan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW.
2. karena salah pengartian tersebut ada sebagian orang islam yang ikut dalam perayaan Natal dan duduk dalam kepanitiaan Natal.
3. perayaan Natal bagi orang-orang kristen adalah ibadah.

Menimbang:
1. umat islam perlu mendapat bimbingan serta petunjuk yang jelas tentang perayaan Natal Bersama.
2. Umat Islam agar tidak mencampur adukkan akidah dan ibadahnya dengan akidah dan ibadah orang lain.
3. umat islam harus berusaha untuk menambah iman dan taqwanya kepada Allah SWT.
4. tanpa mengurangi usaha umat islam dalam Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia.

Meneliti kembali ajaran-ajaran agama islam, antara lain:
A. Bahwa Umat islam diperbolehkan bekerjasama dan bergaul dengan umat agama agama lainnya dalam masalah yang berhubungan dengan masalah duniawi berdasarkan atas firman Allah SWT yang berarti:”hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu seorang laki-laki dan seorang wanita dan kami jadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa (kepada Allah). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
B. Bahwa umat islam tidak boleh mencampur adukkan agamanya dengan akidah dan peribadatan agama lain, berdasarkan ayat alQur’an yang artinya:
“Katakanlah: hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah. Dan aku tidak akan pernah menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak akan pernah pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah Agamaku.”(QS. AlKafiruun 1-6)
C. bahwa umat islam harus mengakui kenabian dan kerasulan Isa alMasih bin Maryam sebagai pengakuan mereka kepada Nabi dan Rasul yang lain, berdasarkan ayat alqur’an surat Maryam ayat 30-32 yang artinya:”Berkata Isa: sesungguhnya aku ini adalah hamba Allah. Dia memberiku al-kitab (Injil) dan dia menjadikan aku seorang yang diberkahi dimana saja aku berada, dan dia memerintahkan kepadaku mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup (dan Dia memerintahkan aku ) berbakti kepada ibuku (Maryam) dan dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.”
D. Bahwa barang siapa yang berkeyakinan bahwa tuhan itu lebih dari satu, tuhan itu mempunyai anak dan Isa almasih itu anaknya, maka orang itu kafir dan musyrik, berdasarkan ayat suci Alqur’an surat Al-Maidah 72:”sesungguhnya telah kafir orang yang berkata: Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putra Maryam. Padahal Al Masih sendiri berkata: hai bani israil, sembahlah Allah tuhanku dan tuhan kamu sekalian. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya sorga dan tempatnya adalah neraka, tidak ada bagi orang zalim itu seorang penolong pun.”
E. Bahwa Allah pada hari kiamat nanti akan menanyakan Isa, apakah ia pada waktu di dunia menyuruh manusia untuk menyembahnya sebagai tuhan. Isa almasih menjawab: Tidak. Hal itu berdasarkan pada ayat suci alqur’an Al Maidah 116-118 yang berarti:”dan ingatlah ketika Allah berfirman: hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia : jadikanlah aku serta ibuku dua orang sebagai sembahan selain Allah? Isa menjawab: Maha Suci Allah tiadalah yang patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku mengatakannya. Jika aku pernah mengatakannya tentu Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada dalam diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang engkau perintahkan kepadaku untuk mengatakannya, yaitu: Sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada diantara mereka.”
Maka majelis ulama Indonesia memfatwakan:
1. Perayaan Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa as, akan tetapi Natal itu tidak dapat di pisahkan dari soal soal di atas.
2. mengikuti upacara Natal bersama bagi kaum Muslimin hukumnya HARAM.
3. agar umat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah SWT di anjurkan untuk tidak ikut dalam mengikuti kegiatan kegiatan perayaan Natal.


Jakarta, 1 Jumadil Awal 1401 H
7 Maret 1989 M

August 27, 2009

Antara Ilmu dan Pengabdian Seorang Hamba

Ilmu berasal dari bahasa arab ‘alima ya’lamu yang berarti adalah mengetahui. Sedangkan ‘ilmun adalah mashdarnya yang berarti pengetahuan. Ilmu dalam kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna pengetahuan tentang suatu hal. Orang yang mempunyai ilmu adalah ‘Alim, dengan kata lain bahwasanya ia adalah orang yang mempunyai pengetahuan.

Makna ilmu disini masih umum yang berartikan segala macam pengetahuan. Ilmu dapat merubah sifat serta kriteria seseorang pada saat ia sedang beradaptasi dan bertempat tinggal di mana ia sedang berada.
Akidah kita yakni agama Islam sangat menganjurkan kepada seluruh manusia, bahkan mewajibkannya kepada orang-orang yang beriman kepada ajaran islam itu. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Mujadalah ayat 11, yang artinya:” Allah mengangkat orang-orang yang beriman diantara kamu yang mempunyai ilmu beberapa derajat”. Dalam ayat lain Allah menjelaskan lagi surat Az-zumar ayat 9, artinya:”Katakanlah apakah sama orang yang mengetahui(yang mempunyai ilmu) dan orang yang tidak tahu (tidak mempunyai ilmu)”.

Allah SWT menciptakan manusia diatas bumi ini sebagai khalifah yang bertugas menjaga kelestarian alam yang telah Allah SWT ciptakan hanya untuk mereka, yang semuanya Allah jadikan untuk kesejahteraan mereka dalam menempuh hidup dengan dalih agar mereka mau menyembah dan beribadah pada-Nya. Hal ini diperkuat oleh firman Allah surat Adz-Zariyat ayat 56 yang artinya:” Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Menyembah berarti menghambakan diri pada Allah SWT dengan segala perbuatan serta perkataan yang semuanya ditujukan hanya untuk kehadiratan Allah SWT dengan mengerjakan perbuatan yang ia senangi dan menjauhi segala larangannya melalui penjelasan-Nya didalam Al-Qur’an dan yang di detailkan oleh Rasulullah melalui hadits-hadits beliau.

Kelalaian Awal dari Kehancuran

Demi masa,[1]. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,[2]. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.”[3]
(QS.Al-‘Asr: 1-3)[1]

[1] Di dalam surat yang agung ini jelaslah bahwa semua manusia berada dalam kerugian kecuali orang yang memiliki empat kualifikasi, yaitu iman, amal shalih, nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.


Kelalaian adalah sifat manusia yang harus dapat dihindari dan memang tidak bisa dipungkiri oleh kita semua. Sifat inilah yang akan membawa kita kedalam kesesatan dan akan terjauh dari rahmat Allah SWT. Hidup seseorang yang didampingi oleh sifat lalai ini akan membawa seseorang pada kesesatan serta kehancuran hidup pada dirinya sendiri. Oleh sebab itu, kita dianjurkan agar dapat mencegah dan mengurangi sifat tercela tersebut pada diri kita.

Agar kita dapat mengurangi dan menghilangkan sifat tersebut, mari kita tela’ah penyebab ataupun factor-faktornya, diantaranya:

A. Mengulur-ulur Waktu

Mengulur-ulur atau mengakhirkan waktu adalah hal yang sangat sepele. Namun, jika kita resapi dan kita kaji lebih dalam lagi keadaan ini sangat lebih besar resiko yang akan dialami jika dilakukan oleh semua orang. Karena pentingnya waktu itu, sehingga Allah bersumpah didalam Alquran surat Al-‘Asyr: ”Demi waktu. Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan mereka beramal shaleh dan saling nasehat-menasehati dalam kebaikan dan saling menasehati dalam kesabaran”. Selain ayat ini hadits rasul yang artinya: “Waktu itu bagaikan pedang, jika engkau tidak mempergunakannya dengan baik maka engkau akan dipotong olehnya (kehancuran akan ada pada dirimu). Waktu adalah sesuatu yang sangat berguna bagi manusia tanpa waktu semua makhluk hidup pasti tidak dapat beraktifitas. Allah berfirman dalam surat An-Naba’ ayat 10-11 yang artinya:”Dan kami jadikan malam sebagai pakaian, dan kami jadikan siang untuk mencari penghidupan”

Waktu yang selalu kita ulur tersebut akan membuat kerusakan sendiri pada kita, karena jika tubuh dan jiwa ini dibiarkan tidak melakukan aktifitas maka akan datanglah nafsu yang akan menguasai jiwa kita. Seorang syair arab mengatakan: Sesungguhnya pemuda, kekosongan waktu dan jabatan itu dapat merusak seseorang, apapun jenis kerusakanya. Oleh sebab itu, kita selaku umat islam yang percaya seluruh ajarannya, marilah kita melaksanakan ajaran-ajaran yang Allah perintahkan kepada hambanya terutama mengenai waktu yang tersirat dalam surat Al-Insyirah ayat 7-8, artinya:’Maka jika kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, dan hanya kepada tuhanmu lah kamu akan kembali”.



B. Bersantai-santai

Bersantai-santai juga rangkaian permulaan hancurnya kehidupan seseorang, karena ketika ia bersantai-santai secara tidak langsung ia telah mengumpulkan pekerjaan yang ia miliki. Dalam ajaran dan akidah kita sifat ini juga dikecam oleh Allah SWT yang terdapat pada surat Al-Insyirat ayat 8:”dan jika engkau telah selesai melaksanakan suatu pekerjaan maka kerjakanlah pekerjaan yang lain”.

Ayat ini menjelaskan pada kita semua selaku orang yang percaya pada ajaran islam agar selalu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Karena bersantai-santai tersebut dapat melalaikan dan membuat kehancuran bagi seseorang. Pepatah arab mengatakan:”Sesungguhnya kekosongan waktu, jabatan dan masa muda itu merusak seseorang, kerusakan apa saja”.

Orang yang selalu lalai akan perbuatannya akan melihat bahwa apa yang telah ia lakukan itu adalah baik sehingga ia akan selalu melakukian perbuatan tersebut tanpa harus memperhatikan dampak-dampak yang terjadi. Padahal perbuatn tersebut sangantlah tercela bagi orang-orang yang berakal yang masih mempergunakan akal pikirannya dengan baik. Allah SWT berfirman:“Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al Kahfy: 104).

Sesungguhnya hanyalah orang-orang yang beruntung yang memperhatikan gerak-gerik hatinya, yang selalu memperhatikan niatnya. Terlalu banyak orang yang lalai dari hal ini kecuali yang diberi taufik oleh Allah. Orang-orang yang lalai akan memandang kebaikan-kebaikan mereka pada hari kiamat menjadi kejelekan-kejelekan, dan mereka itulah yang dimaksudkan oleh Allah dalam firman-Nya.

Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang lalai (QS.Annahl:108).

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai(QS. Ar-Ruum: 7).

C. Hiburan

Resting atau hiburan yang kerap sekali kita dengar sangat sering terdengar di telinga kita apalagi pada zaman modern ini semuanya membawa pada kesesatan yang hanya bersifat duniawi saja. Rasulullah SAW tidak pernah melarang umatnya untuk menghibur diri pada saat sedih atau gelisah berdasarkan hadits Rasul yang artinya: "Hiburlah hatimu pada saat-saat tertentu." (maksudnya, adalah hiburan yang tidak melanggar norma agama dan akhlak). (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)

Hiburan pada zaman modern ini hanya sekedar untuk melampiaskan hawa nafsu yang mempunyai kenikmatan sementara saja tanpa harus memikirkan kenikmatan abadi yang akan dituai oleh semua orang di Hari Akhir kelak. Allah berfirman:”Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal (QS. Al-A’laa:17). Hiburan yang bersifat duniawi itu hanya membawa pada kesesatan yang akan melalaikan semua orang setiap bergelut di dalamnya dengan berfoya-foya dengan mengikuti jejak syetan yang dilaknat oleh Allah SWT. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.(QS.An-Nisa’: 60)

Hiburan yang dilakukan oleh setiap orang dengan asumsi hanya untuk menghilangkan stress saja tanpa mereka sadari bahwasanya ketika mereka melakukan hiburan tersebut mereka merusak akal pikiran mereka yang Allah telah menciptakannya dengan sempurna Fi ahsani at-taqwim makhluk yang paling sempurna di atas muka bumi ini.

Diatas tersebut hanyalah sebagian sifat-sifat kelalaian yang dapat merusak kepribadian manusia itu sendiri tanpa mereka sadari bahwasanya itu hanya mengikuti hawa nafsu yang diarahkan oleh syaitan yang akan menjerumuskan manusia pada api neraka. Sesungguhnya pintu-pintu hawa nafsu tidak terhitung banyaknya. Hanya saja manusia bertingkat-tingkat dalam sikapnya terhadap hawa nafsu. Diantara mereka ada yang sering terbawa arus hawa nafsunya sampai melampaui batas sehingga orang yang tidak mengetahui tabiat manusia dan pengaruh hawa nafsu yang demikian besar menyangka bahwa orang tadi melakukan kesalahan yang fatal dengan sengaja. Diantara manusia ada yang dapat mengekang hawa nafsunya sehingga jarang mengikuti hawa nafsunya.

Dalam tulisan ini penulis akan memaparkan pada pembaca sekalian bagaimana seharusnya yang harus dilakukan oleh setiap orang jika telah terjerumus kedalam kemaksiatan duniawi dan ingin bertaubat ke jalan yang benar. Diantaranya:

1. Anggaplah dosa itu besar
Abdullah bin Mas'ud radhiallahu anhu berkata, ''Orang beriman melihat dosa-dosanya seolah-olah ia duduk di bawah gunung, ia takut gunung tersebut menimpanya. Sementara orang yang fajir (suka berbuat dosa) dosanya seperti lalat yang lewat di atas hidungnya.''

2. Janganlah meremehkan dosa

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ''Janganlah kamu meremehkan dosa, seperti kaum yang singgah di perut lembah. Lalu seseorang datang membawa ranting dan seorang lainnya lagi datang membawa ranting sehingga mereka dapat menanak roti mereka. Kapan saja orang yang melakukan suatu dosa menganggap remeh suatu dosa, maka itu akan membinasakannya.'' (HR. Ahmad dengan sanad yang hasan)

3. Janganlah mujaharah (menceritakan dosa)

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ''Semua umatku dimaafkan kecuali mujahirun (orang yang berterus terang). Termasuk mujaharah ialah seseorang yang melakukan suatu amal (keburukan) pada malam hari kemudian pada pagi harinya ia membeberkannya, padahal Allah telah menutupinya, ia berkata, 'Wahai fulan, tadi malam aku telah melakukan demikian dan demikian'. Pada malam hari Tuhannya telah menutupi kesalahannya tetapi pada pagi harinya ia membuka tabir Allah yang menutupinya.'' (HR.Bukhari dan Muslim)

4. Taubat nasuha yang tulus

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ''Allah lebih bergembira dengan taubat hamba-Nya tatkala bertaubat daripada seorang di antara kamu yang berada di atas kendaraannya di padang pasir yang tandus. Kemudian kendaraan itu hilang darinya, padahal di atas kendaraan itu terdapat makanan dan minumannya. Ia sedih kehilangan hal itu, lalu ia menuju pohon dan tidur di bawah naungannya dalam keadaan bersedih terhadap kendaraannya. Saat ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba kendaraannya muncul di dekatnya, lalu ia mengambil tali kendalinya. Kemudian ia berkata, karena sangat bergembira, 'Ya Allah Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu'. Ia salah ucap karena sangat bergembira''. (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Jika dosa berulang, maka ulangilah bertaubat

Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu berkata, ''Sebaik-baik kalian adalah setiap orang yang diuji (dengan dosa) lagi bertaubat.'' ditanyakan,'Jika ia mengulangi lagi?' Ia menjawab, 'Ia beristighfar kepada Allahdan bertaubat.' Ditanyakan, 'Jika ia kembali berbuat dosa?' Ia menjawab,'Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.' Ditanyakan, 'Sampaikapan?' Dia menjawab, 'Sampai setan berputus asa.'''

6. Jauhi faktor-faktor penyebab kemaksiatan

Orang yang bertaubat harus menjauhi situasi dan kondisi yang biasa ia temui pada saat melakukan kemaksiatan serta menjauh darinya secara keseluruhan dan sibuk dengan selainnya.

7. Apakah anda berjanji kepada Allah untuk meninggalkankemaksiatan?

Tidak ada bedanya antara orang yang berjanji kepada Allah (berupa nadzaratas tebusan dosa yang dilakukannya) dengan orang yang tidakmelakukannya. Karena yang menyebabkan dirinya terjerumus ke dalam kemaksiatan tidak lain hanyalah karena panggilan syahwat (hawa nafsu)lebih mendominasi dirinya daripada panggilan iman. Janji tersebut tidak dapat melakukan apa-apa dan tidak berguna.

8. Melakukan kebajikan setelah keburukan

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ''Bertakwalah kepadaAllah di mana saja kamu berada, dan iringilah keburukan dengan kebajikanmaka kebajikan itu akan menghapus keburukan tersebut, sertaperlakukanlah manusia dengan akhlak yang baik.'' (HR. Ahmad danTirmidzi. Tirmidzi menilai hadits ini hasan shahih)

Periksalah dirimu ! Engkau akan dapatkan dirimu sendiri ditimpa musibah berupa perbuatan maksiat atau kekurangan dalam hal dien. Juga engkau dapati orang yang kau benci ditimpa musibah berupa perbuatan maksiat dan kekurangan lainnya dalam syariat yang tidak lebih berat dari maksiat yang menimpamu. Maka apakah engkau dapati kebencian kepada orang tersebut sama dengan kebencianmu terhadap dirimu sendiri? Dan apakah engkau dapatkan kemarahanmu kepadanya? Misalkan pula engkau mengetahui seseorang berbuat kemungkaran dan engkau berhalangan untuk mencegahnya. Kemudian sampai berita kepadamu ada orang lain yang mengingkari orang tersebut dengan kerasnya. Maka apakah anggapan baikmu terhadap pengingkaran tersebut akan sama apabila yang mengingkari itu temanmu atau musuhmu, begitu pula bagaimana sikapmu apabila yang diingkari itu temanmu atau musuhmu?


May 24, 2009

NILAI LEBIH PENDIDIKAN RASULULLAH


Bagi para sahabat dan umatnya Nabi Muhammad merupakan seorang sosok yang pantas untuk menjadi suri tauladan yang paling utama. Beliau tidak saja menjadi panutan dalam segi kehidupan, melainkan juga mampu mendidik teman-temannya menjadi manusia yang memiliki derajat kemanusiaan yang tinggi dan mulia[1].

Dengan metode yang beliau berikan pada para sahabat beliau telah membentuk mereka menjadi manusia yang besar pada zamannya. Para sahabat tumbuh menjadi manusia yang memiliki tanggung jawab, rela berkorban untuk membela kebenaran, dan mampu menanggung penderitaan di saat menegakkan ajaran akidahnya yang benar. Semua itu dapat terlaksana karena kepribadian Muhammad adalah sebagai teladan. Tidak mungkin terjadi kondisi umat dapat berubah dari keadaan jahiliyah yang hanya memikirkan nafsu birahi mereka dan berfoya-foya menjadi masyarakat yang memiliki harkat serta martabat kemanusiaan yang tinggi, seandainya tidak melalui pendidikan Rasulullah SAW.

Pendidikan Rasulullah sejalan dengan pendidikan yang berkonsep dengan pendidikan modern yang ingin mengarahkan manusia agar menjadi pribadi yang utuh dalam segala aspeknya. Bahkan pendidikan Rasululah juga menegaskan, agar manusia yang telah mendapatkan predikat sebagai manusia yang terdidik dapat mengembangkan potensi akal dan hati nuraninya untuk kepentingan masyarakat.

Dengan demikian pendidikan yang Rasulullah lakukan pada zamannya sudah tidak diragukan lagi. Hal ini dapat dibuktikan dengan lahirnya tokoh-tokoh yang ahli dalam bidang kehidupan, baik ilmu pengetahuan, kemasyarakatan, maupun kebudayaan.


[1] Allah berfirman:”sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu. Yaitu bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat…”(Q.S Al-Ahzab: 21)

Kewajiban seseorang dalam pendidikan


Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna diantara makhluk ciptaannya yang lain seperti malaikat, hewan dsb. Allah berfirman :

لقد خلقنا الإنسان فى أحسن تقويم (سورة التين: ع )
Artinya:” Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik rupa”.(QS. At-Tiin: 4).
Allah menciptakan manusia menjadi seorang khalifah dimuka bumi ini bertanggung jawab atas keadaan dibumi ini dan kewajiban tunduk serta taat pada peraturan dan perintah yang telah berlaku dengan konsep mengerjakan yang Allah perintahkan dan meninggalkan segala yang Ia larang.
Ibadah merupakan suatu bukti nyata kesyukuran seorang hamba pada penciptanya atas apa yang telah diberikan padanya melalui suatu perbuatan yang Allah mencintai pekerjaan tersebut. Dalam melaksanakan ibadah pada Allah SWT seorang hamba di tuntut untuk melewati beberapa fase agar ibadah yang ia lakukan tersebut tidak sia-sia dan mendapat Ridha dari Allah SWT yakni dengan belajar.
Belajar merupakan tuntutan akidah yang Allah perintahkan pada hambanya agar tidak menjadi orang yang hanya mengikuti segala sesuatunya tanpa dasar yang melandasi perbuatan tersebut (Taqlid). Dengan ilmu, tingkat ketakwaan seorang hamba disisi Sang Khaliq berbeda yang merupakan salah satu syarat beribadah pada-Nya. Allah telah menjelaskan hal tersebut dalam Al-Qur’an (Q.S Al-Mujadalah, 58: 11)[1]. Dalam ayat lain Allah juga menjelaskan kedudukan serta derajat seorang yang berilmu dengan orang yang tidak mengetahui sesuatu apapun[2].
Menurut pedoman Rasulullah manusia yang memiliki kepribadian khusus serta utuh adalah manusia yang terpelajar, manusia yang mempelajari ilmu pengetahuan. Sebab, ilmu pengetahuan adalah sarana yang dapat dipergunakan sebagai jalan untuk mengatur masalah-masalah keduniaan dengan segala aktivitasnya dalam kehidupan kemasyarakatan. Orang yang ahli dalam ilmu pengetahuan tertentu adalah laksana bintang-bintang di langit, yang dapat dijadikan pedoman di darat dan di laut pada malam hari. Menuntut ilmu dari berbagai sumber, merupakan sebuah kewajiban bagi setiap pengikut Nabi Muhammad baik pria maupun wanita, sejak dari buaian hingga liang kubur.
Seseorang yang menuntut ilmu harus dibarengi dengan pendidikan. Kerena belajar dan pendidikan bagaikan dua permukaan logam yang salah satunya tidak dapat terpisahkan dengan yang lainnya. Manusia membutuhkan belajar setiap saat dari kejadian-kejadian yang terjadi dalam lingkungannya atau alam semesta sampai ia dapat menemukan cara bertindak yang tepat untuk mempertahankan kehidupannya. Selanjutnya, untuk kebutuhan belajar dibutuhkan pengaruh dari luar. Pengaruh ini oleh Slamet Imam Santoso disebut dengan istilah “pendidikan[3]. Pendidikan adalah sesuatu yang essensial bagi manusia. Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan kepribadiannya dan menghadapi alam semesta demi mempertahankan kehidupannya. Agama Islam yang di wahyukan Allah pada Nabi Muhammad mengandung implikasi pendidikan dengan tujuan untuk menjadi rahmatan lil ‘alamiin

[1] Allah berfirman:” ... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang menuntut ilmu beberapa derajat.
[2] Allah berfirman:” ...Katakanlah:” apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan oranng-orang yang tidak mengetahui?” Hanyalah orang-orang yang berakal yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. Az-Zumar, 39: 9).
[3] Slamet Imam Santoso, Pendidikan di Indonesia: Dari Masa ke Masa, Jakarta: CV. Haji Masagung, 1987, h.52.