Laman

August 27, 2009

Antara Ilmu dan Pengabdian Seorang Hamba

Ilmu berasal dari bahasa arab ‘alima ya’lamu yang berarti adalah mengetahui. Sedangkan ‘ilmun adalah mashdarnya yang berarti pengetahuan. Ilmu dalam kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna pengetahuan tentang suatu hal. Orang yang mempunyai ilmu adalah ‘Alim, dengan kata lain bahwasanya ia adalah orang yang mempunyai pengetahuan.

Makna ilmu disini masih umum yang berartikan segala macam pengetahuan. Ilmu dapat merubah sifat serta kriteria seseorang pada saat ia sedang beradaptasi dan bertempat tinggal di mana ia sedang berada.
Akidah kita yakni agama Islam sangat menganjurkan kepada seluruh manusia, bahkan mewajibkannya kepada orang-orang yang beriman kepada ajaran islam itu. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Mujadalah ayat 11, yang artinya:” Allah mengangkat orang-orang yang beriman diantara kamu yang mempunyai ilmu beberapa derajat”. Dalam ayat lain Allah menjelaskan lagi surat Az-zumar ayat 9, artinya:”Katakanlah apakah sama orang yang mengetahui(yang mempunyai ilmu) dan orang yang tidak tahu (tidak mempunyai ilmu)”.

Allah SWT menciptakan manusia diatas bumi ini sebagai khalifah yang bertugas menjaga kelestarian alam yang telah Allah SWT ciptakan hanya untuk mereka, yang semuanya Allah jadikan untuk kesejahteraan mereka dalam menempuh hidup dengan dalih agar mereka mau menyembah dan beribadah pada-Nya. Hal ini diperkuat oleh firman Allah surat Adz-Zariyat ayat 56 yang artinya:” Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Menyembah berarti menghambakan diri pada Allah SWT dengan segala perbuatan serta perkataan yang semuanya ditujukan hanya untuk kehadiratan Allah SWT dengan mengerjakan perbuatan yang ia senangi dan menjauhi segala larangannya melalui penjelasan-Nya didalam Al-Qur’an dan yang di detailkan oleh Rasulullah melalui hadits-hadits beliau.

Kelalaian Awal dari Kehancuran

Demi masa,[1]. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,[2]. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.”[3]
(QS.Al-‘Asr: 1-3)[1]

[1] Di dalam surat yang agung ini jelaslah bahwa semua manusia berada dalam kerugian kecuali orang yang memiliki empat kualifikasi, yaitu iman, amal shalih, nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.


Kelalaian adalah sifat manusia yang harus dapat dihindari dan memang tidak bisa dipungkiri oleh kita semua. Sifat inilah yang akan membawa kita kedalam kesesatan dan akan terjauh dari rahmat Allah SWT. Hidup seseorang yang didampingi oleh sifat lalai ini akan membawa seseorang pada kesesatan serta kehancuran hidup pada dirinya sendiri. Oleh sebab itu, kita dianjurkan agar dapat mencegah dan mengurangi sifat tercela tersebut pada diri kita.

Agar kita dapat mengurangi dan menghilangkan sifat tersebut, mari kita tela’ah penyebab ataupun factor-faktornya, diantaranya:

A. Mengulur-ulur Waktu

Mengulur-ulur atau mengakhirkan waktu adalah hal yang sangat sepele. Namun, jika kita resapi dan kita kaji lebih dalam lagi keadaan ini sangat lebih besar resiko yang akan dialami jika dilakukan oleh semua orang. Karena pentingnya waktu itu, sehingga Allah bersumpah didalam Alquran surat Al-‘Asyr: ”Demi waktu. Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan mereka beramal shaleh dan saling nasehat-menasehati dalam kebaikan dan saling menasehati dalam kesabaran”. Selain ayat ini hadits rasul yang artinya: “Waktu itu bagaikan pedang, jika engkau tidak mempergunakannya dengan baik maka engkau akan dipotong olehnya (kehancuran akan ada pada dirimu). Waktu adalah sesuatu yang sangat berguna bagi manusia tanpa waktu semua makhluk hidup pasti tidak dapat beraktifitas. Allah berfirman dalam surat An-Naba’ ayat 10-11 yang artinya:”Dan kami jadikan malam sebagai pakaian, dan kami jadikan siang untuk mencari penghidupan”

Waktu yang selalu kita ulur tersebut akan membuat kerusakan sendiri pada kita, karena jika tubuh dan jiwa ini dibiarkan tidak melakukan aktifitas maka akan datanglah nafsu yang akan menguasai jiwa kita. Seorang syair arab mengatakan: Sesungguhnya pemuda, kekosongan waktu dan jabatan itu dapat merusak seseorang, apapun jenis kerusakanya. Oleh sebab itu, kita selaku umat islam yang percaya seluruh ajarannya, marilah kita melaksanakan ajaran-ajaran yang Allah perintahkan kepada hambanya terutama mengenai waktu yang tersirat dalam surat Al-Insyirah ayat 7-8, artinya:’Maka jika kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, dan hanya kepada tuhanmu lah kamu akan kembali”.



B. Bersantai-santai

Bersantai-santai juga rangkaian permulaan hancurnya kehidupan seseorang, karena ketika ia bersantai-santai secara tidak langsung ia telah mengumpulkan pekerjaan yang ia miliki. Dalam ajaran dan akidah kita sifat ini juga dikecam oleh Allah SWT yang terdapat pada surat Al-Insyirat ayat 8:”dan jika engkau telah selesai melaksanakan suatu pekerjaan maka kerjakanlah pekerjaan yang lain”.

Ayat ini menjelaskan pada kita semua selaku orang yang percaya pada ajaran islam agar selalu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Karena bersantai-santai tersebut dapat melalaikan dan membuat kehancuran bagi seseorang. Pepatah arab mengatakan:”Sesungguhnya kekosongan waktu, jabatan dan masa muda itu merusak seseorang, kerusakan apa saja”.

Orang yang selalu lalai akan perbuatannya akan melihat bahwa apa yang telah ia lakukan itu adalah baik sehingga ia akan selalu melakukian perbuatan tersebut tanpa harus memperhatikan dampak-dampak yang terjadi. Padahal perbuatn tersebut sangantlah tercela bagi orang-orang yang berakal yang masih mempergunakan akal pikirannya dengan baik. Allah SWT berfirman:“Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al Kahfy: 104).

Sesungguhnya hanyalah orang-orang yang beruntung yang memperhatikan gerak-gerik hatinya, yang selalu memperhatikan niatnya. Terlalu banyak orang yang lalai dari hal ini kecuali yang diberi taufik oleh Allah. Orang-orang yang lalai akan memandang kebaikan-kebaikan mereka pada hari kiamat menjadi kejelekan-kejelekan, dan mereka itulah yang dimaksudkan oleh Allah dalam firman-Nya.

Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang lalai (QS.Annahl:108).

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai(QS. Ar-Ruum: 7).

C. Hiburan

Resting atau hiburan yang kerap sekali kita dengar sangat sering terdengar di telinga kita apalagi pada zaman modern ini semuanya membawa pada kesesatan yang hanya bersifat duniawi saja. Rasulullah SAW tidak pernah melarang umatnya untuk menghibur diri pada saat sedih atau gelisah berdasarkan hadits Rasul yang artinya: "Hiburlah hatimu pada saat-saat tertentu." (maksudnya, adalah hiburan yang tidak melanggar norma agama dan akhlak). (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)

Hiburan pada zaman modern ini hanya sekedar untuk melampiaskan hawa nafsu yang mempunyai kenikmatan sementara saja tanpa harus memikirkan kenikmatan abadi yang akan dituai oleh semua orang di Hari Akhir kelak. Allah berfirman:”Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal (QS. Al-A’laa:17). Hiburan yang bersifat duniawi itu hanya membawa pada kesesatan yang akan melalaikan semua orang setiap bergelut di dalamnya dengan berfoya-foya dengan mengikuti jejak syetan yang dilaknat oleh Allah SWT. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.(QS.An-Nisa’: 60)

Hiburan yang dilakukan oleh setiap orang dengan asumsi hanya untuk menghilangkan stress saja tanpa mereka sadari bahwasanya ketika mereka melakukan hiburan tersebut mereka merusak akal pikiran mereka yang Allah telah menciptakannya dengan sempurna Fi ahsani at-taqwim makhluk yang paling sempurna di atas muka bumi ini.

Diatas tersebut hanyalah sebagian sifat-sifat kelalaian yang dapat merusak kepribadian manusia itu sendiri tanpa mereka sadari bahwasanya itu hanya mengikuti hawa nafsu yang diarahkan oleh syaitan yang akan menjerumuskan manusia pada api neraka. Sesungguhnya pintu-pintu hawa nafsu tidak terhitung banyaknya. Hanya saja manusia bertingkat-tingkat dalam sikapnya terhadap hawa nafsu. Diantara mereka ada yang sering terbawa arus hawa nafsunya sampai melampaui batas sehingga orang yang tidak mengetahui tabiat manusia dan pengaruh hawa nafsu yang demikian besar menyangka bahwa orang tadi melakukan kesalahan yang fatal dengan sengaja. Diantara manusia ada yang dapat mengekang hawa nafsunya sehingga jarang mengikuti hawa nafsunya.

Dalam tulisan ini penulis akan memaparkan pada pembaca sekalian bagaimana seharusnya yang harus dilakukan oleh setiap orang jika telah terjerumus kedalam kemaksiatan duniawi dan ingin bertaubat ke jalan yang benar. Diantaranya:

1. Anggaplah dosa itu besar
Abdullah bin Mas'ud radhiallahu anhu berkata, ''Orang beriman melihat dosa-dosanya seolah-olah ia duduk di bawah gunung, ia takut gunung tersebut menimpanya. Sementara orang yang fajir (suka berbuat dosa) dosanya seperti lalat yang lewat di atas hidungnya.''

2. Janganlah meremehkan dosa

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ''Janganlah kamu meremehkan dosa, seperti kaum yang singgah di perut lembah. Lalu seseorang datang membawa ranting dan seorang lainnya lagi datang membawa ranting sehingga mereka dapat menanak roti mereka. Kapan saja orang yang melakukan suatu dosa menganggap remeh suatu dosa, maka itu akan membinasakannya.'' (HR. Ahmad dengan sanad yang hasan)

3. Janganlah mujaharah (menceritakan dosa)

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ''Semua umatku dimaafkan kecuali mujahirun (orang yang berterus terang). Termasuk mujaharah ialah seseorang yang melakukan suatu amal (keburukan) pada malam hari kemudian pada pagi harinya ia membeberkannya, padahal Allah telah menutupinya, ia berkata, 'Wahai fulan, tadi malam aku telah melakukan demikian dan demikian'. Pada malam hari Tuhannya telah menutupi kesalahannya tetapi pada pagi harinya ia membuka tabir Allah yang menutupinya.'' (HR.Bukhari dan Muslim)

4. Taubat nasuha yang tulus

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ''Allah lebih bergembira dengan taubat hamba-Nya tatkala bertaubat daripada seorang di antara kamu yang berada di atas kendaraannya di padang pasir yang tandus. Kemudian kendaraan itu hilang darinya, padahal di atas kendaraan itu terdapat makanan dan minumannya. Ia sedih kehilangan hal itu, lalu ia menuju pohon dan tidur di bawah naungannya dalam keadaan bersedih terhadap kendaraannya. Saat ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba kendaraannya muncul di dekatnya, lalu ia mengambil tali kendalinya. Kemudian ia berkata, karena sangat bergembira, 'Ya Allah Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu'. Ia salah ucap karena sangat bergembira''. (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Jika dosa berulang, maka ulangilah bertaubat

Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu berkata, ''Sebaik-baik kalian adalah setiap orang yang diuji (dengan dosa) lagi bertaubat.'' ditanyakan,'Jika ia mengulangi lagi?' Ia menjawab, 'Ia beristighfar kepada Allahdan bertaubat.' Ditanyakan, 'Jika ia kembali berbuat dosa?' Ia menjawab,'Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.' Ditanyakan, 'Sampaikapan?' Dia menjawab, 'Sampai setan berputus asa.'''

6. Jauhi faktor-faktor penyebab kemaksiatan

Orang yang bertaubat harus menjauhi situasi dan kondisi yang biasa ia temui pada saat melakukan kemaksiatan serta menjauh darinya secara keseluruhan dan sibuk dengan selainnya.

7. Apakah anda berjanji kepada Allah untuk meninggalkankemaksiatan?

Tidak ada bedanya antara orang yang berjanji kepada Allah (berupa nadzaratas tebusan dosa yang dilakukannya) dengan orang yang tidakmelakukannya. Karena yang menyebabkan dirinya terjerumus ke dalam kemaksiatan tidak lain hanyalah karena panggilan syahwat (hawa nafsu)lebih mendominasi dirinya daripada panggilan iman. Janji tersebut tidak dapat melakukan apa-apa dan tidak berguna.

8. Melakukan kebajikan setelah keburukan

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ''Bertakwalah kepadaAllah di mana saja kamu berada, dan iringilah keburukan dengan kebajikanmaka kebajikan itu akan menghapus keburukan tersebut, sertaperlakukanlah manusia dengan akhlak yang baik.'' (HR. Ahmad danTirmidzi. Tirmidzi menilai hadits ini hasan shahih)

Periksalah dirimu ! Engkau akan dapatkan dirimu sendiri ditimpa musibah berupa perbuatan maksiat atau kekurangan dalam hal dien. Juga engkau dapati orang yang kau benci ditimpa musibah berupa perbuatan maksiat dan kekurangan lainnya dalam syariat yang tidak lebih berat dari maksiat yang menimpamu. Maka apakah engkau dapati kebencian kepada orang tersebut sama dengan kebencianmu terhadap dirimu sendiri? Dan apakah engkau dapatkan kemarahanmu kepadanya? Misalkan pula engkau mengetahui seseorang berbuat kemungkaran dan engkau berhalangan untuk mencegahnya. Kemudian sampai berita kepadamu ada orang lain yang mengingkari orang tersebut dengan kerasnya. Maka apakah anggapan baikmu terhadap pengingkaran tersebut akan sama apabila yang mengingkari itu temanmu atau musuhmu, begitu pula bagaimana sikapmu apabila yang diingkari itu temanmu atau musuhmu?